Rahasia Meede

RahasiameedeJudul: Rahasia Meede
Pengarang: ES Ito
Penerbit: Hikmah (Grup Mizan), Jakarta
Cetakan: I, September 2007
Ukuran: 14 x 21 cm, 675 halaman
Dibeli: Gramedia Padang, 23 Okt 2007

Intrik Kemanusiaan Sarat Sejarah

Tidak banyak novel yang mampu memadukan imajinasi dan latar belakang sejarah. Dengan alur dan bahasa yang mengalir, kita dibawa ES Ito dalam lika-liku sejarah. Sebuah buku dengan dukungan riset yang amat kuat.”

Demikian salah satu endorsement (komentar singkat) yang tertera di novel “Rahasia Meede”, karya kedua penulis muda kelahiran Kamang Magek, Kabupaten Agam, Sumbar ini. Endorsement yang ditulis ekonom M Chatib Basri itu, bukan sekedar memuji Ito. Apa yang dituliskan Chatib tersebut, begitulah kesimpulan yang bisa ditarik dari novel ini secara keseluruhan. Baik soal style menulis, genre yang dipilih, dan kelebihan Ito yang mungkin tidak semua penulis memilikinya.

Begitu dahsyatnya detail sejarahnya, maka jangan heran bila essais dan penyair M Fadjroel Rachman tanpa ragu mengatakan, “Pramudya Ananta Toer muda sudah lahir dengan kompleksitas penulis generasi abad 21 tetapi tetap gigih membela manusia dan merayakan kebebasan.”

Di endorsement lain yang ditulis Direktur Penerbitan KITLV Press, Leiden, Belanda Harry A Poeze tanpa basa-basi menyebutkan bahwa karya Ito sebagai contoh sastra baru di Indonesia, sebuah thriller sejarah dengan kombinasi fiksi dan fakta. “Ini sejalan dengan aliran sastra dunia yang baru,” katanya.

Donny Gahral Adian malah menyamakan plot dan kekayaan data yang ditampilkan Ito seperti ploting ala Dan Brown penulis thriller sejarah “Da Vinci Code”. “Penuh suspense di sana-sini,” katanya.

Bila orang-orang beken itu tak ragu memberi pujian selangit buat Ito, saya yang belum juga beken-beken ini pun takkan ragu menasbihkan bahwa ES Ito adalah Dan Brown-nya Indonesia. Tapi patut ditegaskan, Ito tetap nilai lebih dibanding Brown yang akan kita ketahui setelah membaca karya-karya Ito, termasuk novel pertamanya “Negara Kelima”. Walau pada akhirnya, melalui diskusi buku “Rahasia Meede” yang digelar di Padang Books Fair III pada 15 November 2007 lalu, Ito menolak keras disamakan dengan Brown dengan alasan, “Ia (Brown-red) bicara dogma, saya bicara tentang dunia baru. Dia mengangkat topik masa lalu, saya masa kini dan masa depan. Tidak itu saja, saya punya keinginan membengkokkan peradaban!” Namun begitu, saya pribadi tetap berkukuh; Dan Brown masih kalah kelas dari Ito! Terserah yang lain mau menilai bagaimana….

Terlepas dari semua perdebatan Brown vs Ito itu, kekayaan data dan fakta sejarah yang ditampilkan Ito untuk memperkuat novelnya ini, akan membuka mata pembaca bahwa ada sisi lain di balik berkuasanya Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), perjuangan kemerdekaan RI, Konfrensi Meja Bundar (KMB), dan kondisi kekinian negeri kita ini. Ito dengan cantik menampilkan fakta sejarah dan merangkainya menjadi fiksi memukau. Maka jangan heran di buku ini bertebaran data sejarah VOC, kisah hidup beberapa gubernur VOC, kehidupan sosial era penjajahan Belanda dan Jepang, Jakarta tempo doeloe (Batavia), ditambahi pula pengetahuan sistem kekerabatan orang Batak, kearifan budaya orang Mentawai, Makassar, Banda, Papua, profil Mahatma Gandhi, Bung Hatta dan banyak lagi, termasuk soal sampanye Dom Perignon sekalipun.

Tentu tidak gampang untuk mendapatkan semua data dan fakta ini. Ito mengaku harus melakukan serangkaian penelitian, wawancara, napak tilas, menerjemahkan dokumen-dokumen dan referensi lainnya yang begitu bejibun. Untuk itu, butuh 2 tahun bagi Ito merampungkan karya keduanya ini yang berbuah menjadi buku begitu tebal dengan jumlah 675 halaman.

Ceritanya sendiri bermula dari proses perundingan KMB di Den Haag di mana delegasi Indonesia di bawah pimpinan Bung Hatta dipaksa untuk menanggung utang kompeni yang jumlahnya sangat tidak sedikit sebagai persyaratan pengakuan kedaulatan RI. Sebuah syarat yang begitu berat dan akhirnya diterima RI karena untuk membayar semua itu, ada harta karun peninggalan VOC yang jumlahnya selangit. Dari sinilah semuanya bermula.

Puluhan tahun kemudian, harta karun itu menjadi rebutan bagi pihak-pihak yang mengetahui soal ini. Intrik kemanusiaan, pertempuran ideologi, perjuangan kepentingan, penghalalan berbagai cara seperti pembunuhan berantai terjadi demi mengungkap rahasia ini. Konflik itu melibatkan kelompok Anarki Nusantara di bawah komando Attar Malaka alias Kalek, Center for Strategic Affair (CSA) di bawah pimpinan Suryo Lelono yang kemudian diketahui berkolaborasi dengan guru besar Universitas Leiden Prof Huygens dan mantan petinggi militer Darmoko.

Sandhi Yudha Kopassus “dikondisikan” untuk memberangus Anarki Nusantara menyusul terjadinya rangkaian pembunuhan berantai yang meninggalkan jejak bahwa korban bagian dari dosa sosial Gandhi; yang dibunuh di kota-kota berawalan huruf B seperti Bukittinggi, Brussel, Bangka, Boven Digoel, dan seterusnya. Jauh-jauh hari, anggota terbaik Sandhi Yudha disusupkan di harian Indonesiaraya sebagai reporter investigatif untuk melacak pembunuhan sekaligus mengungkap keberadaan Attar Malaka yang disebut-sebut sudah tewas dalam sebuah kecelakaan. Disusupkannya Batu Noah Gultom ke Indonesiaraya karena di harian ini Attar pernah bekerja.

Sementara untuk mengungkap keberadaan harta karun VOC, 3 peneliti dari Belanda, Erick Marcellius de Noiijer, Rafael Alexander van de Horst dan Robert Stephane Daucet meneliti de ondergrondse stad, kota bawah tanah di daerah kota tua Jakarta. Mereka berpatok pada lukisan sketsa Batavia lama karya Johannes Rach, seorang pelukis Denmark yang bekerja untuk VOC, tiga setengah abad silam. Tiga bule ini nyaris mengungkap kota bawah tanah ini, sebelum akhirnya dihabisi oleh orang suruhan Darmoko.

Sedangkan Prof Huygens mengirim pula Cathleen Zwinckel, mahasiswi pascasarjana di Universitas Leiden untuk menyelesaikan thesisnya tentang Sejarah Ekonomi Kolonial. Dia dititipkan profesornya pada CSA. Namun diam-diam Cathleen sebenarnya punya agenda lain, yaitu mengungkap misteri harta karun VOC dengan memecahkan misteri Surat Kew yang dikeluarkan William V pada tahun 1795. Surat inilah yang menuntunnya pada misteri terbesar Het Geheim van Meede alias Rahasia Meede itu.

Berliku-liku jalan yang mengantarkan Cathleen untuk mengungkap misteri ini. Dia diculik kemudian terdampar di Kepulauan Banda. Di sinilah Cathleen bertemu Kalek yang diketahui kemudian tak lain adalah panggilan kecil dari Attar Malaka yang menjadi dalang penculikan Cathleen guna memastikan keraguannya atas harta karun VOC itu.

Oleh Kalek, siapa gerangan Cathleen, berhasil diungkapnya. Di samping tentu juga mengapa VOC bisa punya harta karun, yang berdasarkan analisa Cathleen, berkat kekuatan Monsterverbond yang “menyetir” kendali VOC dari Hereen Zeventeen. Termasuk terungkapnya kemelut di tubuh Monsterverbond ini dengan dibunuhnya Pieter Erberveld pada April 1722 di Batavia. Siapa Peter dan kaitannya dengan Cathleen, akan terungkap satu per satu jelang ending novel ini. Termasuk identitas asli Batu Noah Gultom dan “sejarah masa lalunya” bersama Kalek di SMA Taruna Nusantara.

Titik puncak suspensi cerita novel ini, tentu saja ketika harta karun itu ditemukan. Dari semua pihak bertikai, akan terungkap siapa menunggangi siapa alias otak dari kelit kelindan jalinan cerita yang dibangun Ito dengan kejutan-kejutan yang bikin kita terpana-pana. Semuanya dipaparkan dengan rangkaian sejarah, kronologis kejadian, serta pengetahuan lain yang kadang kita abaikan serupa sejarah sampanye Dom Perignon atau pun asal usul nama daerah Kemayoran. Dan banyak lagi.

Di situlah, pembaca akan bisa mengambil kesimpulan betapa cerita sejarah berbalut fiksi ala ES Ito ini membikin text book sejarah yang diajarkan guru-guru di sekolah menjadi hambar. Bila di tangan para penulis buku pelajaran sejarah, para murid hanya diajarkan atau tepatnya didoktrin untuk mengingat tanggal peristiwa, nama tokoh, di tangan Ito sejarah justru disampaikan dengan cara yang berbeda. Maka tidak ada salahnya bila guru-guru di sekolah, wajib hukumnya untuk membaca buku ini. Termasuk bagi anda-anda yang ingin mengetahui sesuatu yang berbeda yang lahir dari olah pikir dan olah kata yang dibikin Ito.

Karena seperti dikatakan peneliti Ekonomi-Politik Andrinof A Chaniago, “Ini karya langka yang memadukan imajinasi cerdas dengan falsafah hidup, ilmu pengetahuan, heroisme, kecerdasan, idealisme dan realitas politik yang tersembunyi. Dengan riset yang tekun, nyaris menjadikan karya ES Ito ini sempurna. Ia bisa membangunkan generasi sekarang yang terlanjur mengabaikan sejarah…

Benarkah karya ini sempurna? Saya pribadi sebagai orang yang berkecimpung di dunia pers, menemukan sedikit kesalahan sangat kecil tapi sebenarnya tidak begitu mengganggu pembaca. Yaitu di halaman 216, ketika Ito menceritakan bahwa redaktur Indonesiaraya bernama Parada Gultom datang ke kantornya untuk memastikan perbaikan dan penempatan berita dalam 22 halaman Indonesiaraya. Jumlah 22 halaman yang dituliskan Ito, bukan jumlah yang lazim dalam surat kabar yang perlembar korannya merupakan kelipatan 4. Mestinya dia menulis 20 atau 24 halaman. Kendati begitu dalam realitasnya, memang ada juga koran yang punya konsep halaman di luar kelipatan 4 seperti di Harian Kompas saat menerbitkan suplemen Klasikanya. So, bukan kesalahan yang fatal bukan? (max)

11 thoughts on “Rahasia Meede

  1. meiy = biaso se Ni, dibuek detil supayo banyak yg minat baco buku ko, he3x. Sekalian promosi buku si Ito, kan urang awak juo Hi3x. Kaba baiak Ni, alah berakrab-akrab ria jo gampo. Mambaleh komen uni ko, baru se gampo 😀

  2. Pak Max .. saya sangat terkesan dg resensi / review bukunya yg sangat enak untuk dibaca apalagi buat saya sebagai pembaca pemula… yg saat ini lg senang2nya baca krn ingin menjadi orang bijak (katanya..???).

    Saya secara tidak sengaja browsing ke Blog ini sewaktu lg searching di google ttg buku Es Ito – Negara Kelima atas informasi dari seorang sahabat.

    Bravo ! untuk blog nya ya semoga tetap Ok.

    Salam,
    Zudal
    email : zudal@yahoo.com

  3. Ulasan da max,..buek ambo nio bali buku se,….ambo baco lo surang,…hehehehehe,…slmat da max,..benar2 bermanfaat

    max -> mantaps… mari membudayakan membaca di rumah kita 🙂

  4. BUKU yg BAGUS …….. saya kira dapatsangat bermanfaat buat kaum muda….. kira2 … ada yg punya ide bikin layar lebar dgn konsep alur cerita kayak yg didalam buku ini gak yaaaaa..
    … pasti keren bgt…

Tinggalkan komentar